Rabu, 13 Mei 2015

Sepotong Episode

*Kisah Fajrin / Volunteer Griya Schziofren / FMIPA UNS
Dunia ini masih seluas yang kita impikan dan banyak hal yang harus kita ketahui dan terkadang kita diminta untuk mengenalnya lebih dalam agar “mengerti” apa maksud dari semua itu. Kita masih ada banyak waktu untuk mencari dan menambah pengalaman unutk menelajahi dunia yang begitu fana ini. Berjalan di sekeliling alam, sepanjang perjalanan aku mengenang sebuah kisah masa lalu yang sedang bercengkrama di benakku tepat ketika aku melihat keindahan-keindahan yang muncul di sektarku.
 Inilah sepotong episode ku di masa kini dengan sahabat-sahabatku. Episode sejarah yang membuat ku ingin merasakan bahagia dengan merubah pilihan langkah  di hidup ku tentunya bersama sahabat-sahabatku di Griya Schizofren. Di setiap sudut itu menyibak kisah tentang orang- orang yang belum dimanusiakan oleh manusia yaitu ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa). Saat mendengar kisah salah satu mereka yang katanya ODGJ, cerota-cerita itu seraya tak pernah hilang dari ingatan. Aku bersama sahabat-sahabatku  mencari cahaya terang, dari potongan-potongan episode masa  lalu yang kerap di ceritakan oleh warga disana, yang kami sapa dengan sebutan princess Hayu. Aku merasa hidup teramat kejam hingga akhirnya membuat princess Hayu mengalami ganguan secara kejiwaan. 
Banyak hal yang kupelajari dari kisah hidup yang diutarakan oleh princess Hayu dimana kita harus berjuang mengahadapi hidup, harus  semangat menjalani semuanya karena Allah selalu mengabulkan do’a-do’a orang yang teraniaya. Dari sanalah aku mendapat pengalaman hidup yang sebenarnya. Ya, dari komunitas Griya Scizofrenlah aku mempelajari banyak hal. Mulai dari pengalaman hidup, menghargai waktu, hingga hal yang kerap kali terlupakan yakni peduli dengan sesama. Awal mula tahu komunitas Griya Scizofren yaitu dari sahabatku, Arum, dia mengajak teman-temanku di fisika  dan dia sangat antusias dalam hal seperti itu, padahal kita dari mahasiswa sains. Dari kebosanan mengeluti dunia sains aku mencoba untuk ikut komunitas dan  dengan mengikuti banyak kumunitas kita tahu dimana letak passion kita.
 Setelah aku mengikuti Griya Schizofren, aku tidak hanya tahu tentang sosial tapi juga mengenal banyak orang-orang hebat, kita yang ikut volunteer Griya Schizofren juga diberikan bekal untuk menambah pengalaman kita dengan bertemu orang-orang hebat. Griya schizofren didirikan oleh Triana Rahmawati, itulah  nama yang sangat terkenal dikalangan atas. Pertama kali bertemu dengan mbak Tria sungguh sangat hebat orang ini, dia seorang mahasiswa yang masih peduli dengan ODGJ dan dari situlah aku mengerti tentang Griya Scizofren setelah di jelaskan oleh mbak Tria. Di Griya Schizofren kita menjadi volunteer tidak hanya diajari tentang bersosial tapi volunteer Griya Schizofren juga diajak ikut lomba oleh mbak Tria. Dia ingin kita sebagai volunteer tidak hanya tahu tentanng sosial tapi juga tahu bagaimana untuk mengembangkan Griya Schizofren menjadi lebih maju dan lebih baik lagi agar orang tahu ada orang yang harus di manusiakan dan ada orang yang butuh sebagian dari kebahagian kita.
Mbak Tria sering bilang bahwa sodahkoh tidak hanya dengan uang, tapi  dengan meluangkan sedikit waktu kita untuk orang-orang  yang membutuhkan kita. Itu juga namanya sodakoh. Pas banget bagi mahasiswa yang tidak punya banyak uang tapi ingin bersodakoh haha. Tapi sadokoh waktu jangan di salah gunakan. Aku dan sahabat- sahabatku sangat terinpirasi dengan adanya komunitas ini. Banyak kisah inpiratif yang diajarkan dari mereka yang terpinggirkan karena dianggap bermasalah dengan kejiwaannya. Aku dan volunteer lainnya sangat berhati-hati dalam melangkah karena masih banyak hal yang belum kami tahu.
Saat peertama kali aku ke Griya Peduli PMI, sejujurnya aku takut karena kita langsung bertatap muka dengan warga di Griya. Aku tidak masuk  ke dalam, karena ada rasa takut untuk berinteraksi langsung dengan mereka. Aku terharu melihat mereka. Mereka ada di bangsal, tampak sangat menyedihkan jika membayangkan “bagaimana jika aku yang ada di posisi mereka?”. Namun lama kelamaan kami menjadi terbiasa, akhirnya aku berani memutuskan untuk ikut masuk dan mencoba langsung ikut berinterksi langsung dengan mereka. Ternyata seru! Seru ketika kita berani mengalhkan ketakutan kita sendiri. Di dalam bangsal niat kami menghibur, tapi ternyata kami yang terhibur. Kami bisa tertawa lepas, bernyanyi, menari hingga bercandaan yang tak pernah bisa kita dapati di tempat lain.
Nah lebih menarik lagi ternyata di situ juga ada terapi membuat kerajinan tangan  yaitu membuat bross dari kain perca. Jujur saja aku sendiri tidak bisa membuatnya dan aku yang di ajari oleh mereka. Mereka kece banget! Dan hasil dari kerjinan itu di jual ke pembeli. Banyak yang bertanya itu dari mana, yang buat sispa, gimana caranya, dan mereka kaget, tidak menyangka, ketika kami mengisahkan siapa yang membuat karya ini semua. WOW keren mereka bisa!
Bu Endang adalah orang yang mendampingi mereka dan mengajari kami.  Banyak dari kita maupun masyakarat lainnya takut dengan mereka, banyak juga yang memandang rendah meraka, sungguh sangat menyakitkan padahal mereka hidup terasing dan terpinggir.  Dari cerita mereka, mereka ingin bertemu dengan keluarga, berkumpul dengan anak-anaknya, merindu dengan ibu nya. Mereka ingin pulang. Bahkan mereka kerap mengaji jika mereka merindu. Di griya ini banyak manusia yang harus di manusiakan. Dan kita sebagai manusia, sudah sepantasnya memanusiakan manusia.
 Singkat cerita tak perlu kau simpan rasa kepedulian mu terhadap orang-orang yang membutuhkan kepedulianmu, sedekahkan sedikit waktumu untuk orang-orang yang menginginkan waktu luangmu. Entah itu keluargamu, sahabatmu, atau orang-orang di sekitarmu. Jalan hidup ini tak selamanya indah. Ada suka, ada duka. Jalani semua apa yang kita rasa dengan keikhlasan dan mengaharap ridho-Nya. Kita pasti bisa karena semuanya akan kembali kepada yang menciptakan kita. Setiap langkah kita dan setiap perbuatan kita akan mendapatkan catatan, kisah dan kenangan tersendiri bagi kita.
Inilah sepotong episodeku di Griya Schizofren bersama sahabat-sahabatku yang membuatku ingin selalu mengenangnya. Jadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain!

Semangat Bermanfaat!
Fajrin Rawasiyyah

Volunteer Griya Schizofren

Tidak ada komentar:

Posting Komentar