Selamat
sore, satu tulisan untuk menikmati seruput kopi menjelang senja mu hari ini. 5 Mei 2015.
TEMU
NASIONAL NEGARAWAN MUDA
Sejujurnya
aku teramat bahagia berada di tempat ini. Bersama dengan orang-orang terbaik
dengan kerendahan hati yang lebih baik daripada di tempat lain. Ada ketua
Gamais ITB, Ketua dan Wakil ketua BEM UI, Ada penghafal Al-Quran, ada yang
sudah menjajakan kaki di berbagai negara, ada pula yang sudah keliling
Indonesia dengan beragam karyanya. Mereka semua terhimpun dalam keluarga besar
Beasiswa Aktivis Nusantara (Bakti Nusa) angkatan ke-4 dan ke-5. Di bumi
sriwijaya, selatannya sumatera, aku merebahkan badan yang lelah di kamar 208
wisma atlet Jakabaring. Aku bahagia!
Masih
terngiang jelas, bagaimana rasa lelah ada di setiap sela-sela sendi. Semalam
aku masih berkumpul bersama kluarga besar Forum Indonesia Muda, mereka
menungguku membereskan barang hingga pagi, jam 4 aku sudah di bandara
Soekarno-Hatta dan jam tujuh aku sudah mendarat selamat di Bandara Sultan
Mahmud Baharuddin Palembang. Tekhnologi membawa kita dengan kecepatannya, tapi
rasa lelah karena mata yang belum terpejam benar-benar menggangguku hari ini.
Mengikuti materi Bu Marwah Daud mengenai bagaimana cara aktivis merencanakan
masa depannya agar lebih well organized. Aku hanya sanggup ikut hingga pukul
14.30 dan kemudian aku terlelap hingga pukul 17.00. Aku benar-benar tidak
sanggup, tubuh menuntut rehat barang sejenak.
Ohya,
akhirnya Bakti Nusa bisa kumpul full team berikut fasilitator. Bakti Nusa 4
dengan 7 orang didalmnya dan Bakti Nusa 5 dengan 9 orang anggotanya. Kita
memanfaatkan kebersamaan ini dengan foto studio. Dan hasilnya! Sangat
membahagiakan. Membayangkan kelak sepuluh tahun lagi, kita bisa melihat
keberhasilannya bukan hanya dalam album foto tapi juga dalam liputan yang ditayangkan
oleh studio televisi.
Bagiamana
sih rasanya jika negarawan muda yang terhimpun akhirnya berkumpul? Maka akan
aku ceritakan bagaimana perasaanku karena nikmat ini semua. Sekarang. Iya
sekarang juga.
BERSYUKUR
Iya, rasa
pertama yang muncul adalah bahagia dan bersyukur. Karena tidak semua orang
memiliki lingkaran pertemanan yang sebaik ini. Semua yang ada disini sudah
diseleksi dengan persyaratan dan kompetisi yang sangat ketat. Setelah
terseleksi, kemudian kami disatukan menjadi satu keluarga oleh beastudi
Indonesia Dompet Dhuafa. Bahasanya kami ditempa di lingkungan yang baik dengan
irang-orang pilihan yang terbaik di kampusnya. Mau melebarkan jaringan
wirausaha, ada! Mau meleberkan jaringan sosial, juga ada! Mau melebarkan sayap
pilitik, juga ada! Tinggal kamu memilih ingin terbang dengan sayap yang mana.
Kenapa kami bisa berkumpul? Karena ada umat islam yang membayarkan zakatnya,
dan zakat itu di investasikan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya
manusianya agar mereka mampu menyebarluaskan kebermanfaatan bagi bangsa, negara
dan agamanya. Iya, uang zakat. Sekali lagi, jangan maen-maen dengan kedahsyatan
manfaat zakat. Ini baru sebagian kecil dari banyaknya kebermanfaatan yang
didatangkan jika zakat dimanfaatkan dengan benar.
BERJUANG
Tapi
dipertemukan kami di temu nasional ini bukan sekedar pertemuan, tapi semangatnya
adalah menyatukan para pejuang. Sejatinya di daerahnya masing-masing mereka
adalah para pejuang baik di ranah sosial, politik, agama, pemikiran hingga
kewirausahaan. Kami dididik untuk berjuang, melipatgandakan kebermanfaatan dari
uang zakat yang telah kami terima. Di titik ini semua para pejuang di
kumpulkan, mereka merumuskan yang akhirnya menjadi deklarasi negarawan muda.
Mengalahkan ego, menyatukan harapan, merapatkan barisan untuk melangkah jauh ke
depan.
KELUARGA
Dan akhirnya
kesimpulan untuk menutup temu nasional kali ini adalah keluarga. Sesungguhnya
temnas ini bukan tanpa kekurangan, namun setiap keluarga pasti ada ruang-ruang
yang senantiasa memaafkan. Mengikuti temnas ini bukan berarti tanpa keluhan, di
tengah-tengah skripsi, jam tidur berantakan, banyak yang sakit karena
kelelahan, bukan berarti temnas di tutup dengan cerita kekurangan. Di akhir
temnas semua kekurangan di evaluasi, di rapatkan kembali, satu kampus dengan
kampus yang lain saling memotivasi, berpartner dengan baik melalui outbond di alam
terbuka dan kita berdiri tegak di monpera (monumen penderitaan rakyat) bumi
sriwijaya. Kita tutup semua kisah temnas dengan satu kesimpulan besar, siapapun
kita, apapun kekurangan dan kelebihan kita, bagaimanapun kita, kita datang
bukan siapa-siapa, kita pulang menjadi keluarga. Kita datang berpencar-pencar,
kita pulang dalam satu ikatan, keluarga negawaran muda. Terimakasih panitia,
terimakasih Dompet Dhuafa dan beastudi Indonesia, terimakasih yang telah
membayarkan zakatnya dan membuat saya memiliki kesempatan belajar selama
setahun ini.
ALLAH :”)
Allah,
desainer terbaik pakaian yang membuat kita nyaman dan bahagia. Sesungguhnya
bulan April adalah bulan krisis bagiku, ada banyak hal yang harus diselesaikan
dan semuanya berhubungan dengan finansial. Iya, aku benar-benar tidak lagi
memiliki uang. Aku beranikan diri sms kakak untuk minta tambahan uang. Dan
jawabannya adalah bener-bener ga punya uang. Uang di dompet ga ada barang
selembar. “Sesungguhnya sabar itu di awal musibah.” Aku tutup handphoneku dan
aku tidur, berharap bangun ada solusi untuk bayar ini itu ke teman. Malamnya,
ada awarding untuk aktivis terbaik dan fasilitator terbaik. Namaku ada di
antara ketiga nominasi. Hadiahnya adalah keliling nusantara dengan Kapal Pemuda
Nusantara (KPN) Program Kemenpora. Dan siapa sangka, dalam harap dan doa,
hadiah itu untuk Tria. Jika di ulang, hari ini aku benar-benar tak punya uang
barang selembar, malamnya aku mendapat apresiasi sebagai aktivis terbaik dengan
hadiah yang bahkan ditabung seumur hidup pun belum tentu kesampaian. Sungguh
Allah maha pandai melebih-lebihkan kebahagiaan hambanya. Entah doa dan kebaikan yang mana yang membuat
kesempatan ini diberikan kepadaku, karena sejatinya tak ada doa yang sia-sia.
Terimakasih untuk yang diam-diam telah mendoakanku. Biar Allah yang diam-diam
mengabulkan doamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar