Selasa, 12 Mei 2015

NIKMATI IMAN SEBELUM NIKMATNYA HILANG

*Kisah Esti (Volunteer Griya Schizofren)
Griya Schizofren? Apa sih itu? Menyebutnya aja sudah susah, pasti isinya orang-orang susah. Awalnya aku menganggapnya begitu, tapi setelah tau griyanya, Subhanallah, spechless! Kemarin adalah waktu pertama kalinya aku berkunjung kesana. Sudah di ajak beberapa kali, tapi hatiku belum tergerak. Griya Schizofren merupakan komunitas yang mengabdikan waktunya di Griya PMI Peduli Solo. Griya PMI Peduli Solo adalah lembaga yang mengasuh orang-orang dengan gangguan jiwa atau mental disorder dalam bahasa kedokteran, tanpa biaya dan di rawat dengan sangat baik. Banyak yang di ambil dari jalanan, atau yang di masukkan keluarganya karena kurang mempu untuk membawa ke rumah sakit jiwa. 

Yap, aku tau tentang Griya Schizofren dari Mbak Tria, salah satu aktivis di UNS yang menjadi founder Griya Schizofren. Pertama kali bertemu di aula Fakultas Hukum, saat itu dia menjadi MC di salah satu acara BEM UNS. Aku sangat mengingat waktu itu, karena aku di tunjuk dan di suruh memberi tanggapan tentang acaranya. Sedikit sebel sih, tapi itu yang membuatku teringat. Aku semakin mengenalnya saat dia mengisi di acara maganger Humas HIMAFIS. Dia mengisi dengan tema Public Speaking. Nah dari situ terjalin kerja sama. Dia mengajak anak-anak fisika untuk ke Griya Schizofren.

Tawaran pertama berkunjung ke griya tak menggugah hatiku, karena malas, ada kumpul HIMAFIS atau voli. Tapi setelah beberapa kali ajakan aku abaikan, aku melihat teman-teman ku yang sudah berkunjung menjadi iri. Iri karena aku yang sudah bergabung lama, tapi belum sempat datang ke griya, sedangkan mereka yang baru bergabung saja sudah datang ke griya. Oke, kemarin saya putuskan untuk berkunjung ke griya. Acaranya membuat bros bersama Ibu Muji. Ibu Muji adalah orang disabilitas. Kemana-mana harus memakai kursi roda. Saat datang, aku dan temanku di sambut oleh beberapa relawan griya. Mereka datng lebih awal dari aku. Setelah ku parkirkan motorku, ku datangi teman relawan lainnya. Di ujung penglihatanku terlihat seorang wanita dengan kerudung besar sedang berbicara dengan relawan.

"Aku udah mandi loh, tapi keliatan belum mandi ya? Yaudah aku mau menyuapi Mbah *lupa namanya* "

Aku sedikit berfikir, setelah melihat gelagat temannku, aku tau dia adalah warga Griya PMI yang sedang di rawat disini. Aku akui tidak bisa membedakan antara pasien, dan karyawan. Setelah beberapa menit kita menunggu datang lah Ibu Muji. Salut dengan semangatnya mau membantu orang dengan gangguan jiwa padahal dia sendiri disabilitas. Setelah beliau datang, kami masuk ke ruang kegiatan. Disana kami di ajari membuat bros. Tak lama warga Griya PMI lainnya datang untuk membuat bross sebagai terapi mengisi waku senggangnya. Sedikit kaget, mereka tak terlihat sedang mengalami gangguan jiwa. Banyak dari mereka yang tidak mempunyai rambut. Katanya mereka tidak bisa merawat rambut, dan banyak kutunya. Maka dari itu mereka di potong cepak. Saat kami belajar membuat bros, mereka membuat sama seperti kami.

Ada salah satu pasien bernama Hayu, tapi maunya di panggil Princes Hayu. Princes di luar, tidak ikut membuat bros. Dia berbincang-bincang dengan teman kami yang laki-laki. Setelah itu dia menyanyi untuk kami. Suaranya lumayan lah untuk menghibur kami. Setelah beberapa jam kami membuat, tiba saatnya sholat dhuhur. Kami pun berhenti dan mengambil wudhu untuk sholat. Aku masuk ke mushola bersama temanku dan Princes.

"Di mushola adem ya, soalnya banyak malaikat disini. Ada malaikat Rakib dan Atit *sambil memegang pundak kanan dan pundak kiriku* , trus di belakang ada malaikat pelindung dan di hati kita ada Allah." Begitu ucapnya.

Mendengar perkataan princes , hatiku teriris. Aku merasa sedih, hampir ku teteskan air mata. Kami sholat di imami oleh Princes. Aku tak tau sholatku sah atau tidak, niatku untuk beribadah. Saat sholat, hatiku merasa berbeda, mataku sudah berkaca-kaca. Tak tau kenapa sholat itu terasa syahdu. Rasanya ingin ku teteskan air mata, tapi aku tak bisa. Sudah lama aku tak mengalami seperti itu. Setelah sholat, kami pun kembali ke ruang kegiatan. Princes punya buku diary, ku pinjamnya dan ku baca. Oke, aku sangat salut dengan nya. Di diarynya banyak tulisan bahasa inggris. Dia menceritakan kerinduannya pada suaminya. Yang membuatku tercengang, ada arti ayat Al-Quran. Dia bercerita kalau semalam bangun jam 1 lalu membaca Al-Quran lalu menuis artinya di diary. Subhanallah, aku yang katanya sehat, waras tak pernah menulis arti ayat-ayat Allah. 

Setelah itu ku putuskan untuk pulang. Kami berpamitan dengan Ibu Muji dan juga Princes. Tak lupa aku membawa pulang bros yang sudah kami buat, tetapi dengan sedikit uang. Hari itu aku menjadi sangat mensyukuri nikmat sehat, waras, keluarga, teman, adalah nikmat Allah yang diberikan kepadaku. Masih banyak orang diluar sana yang membutuhkan ururan tanganku. Aku mulai sadar, apalah arti IPK, uang banyak, teman gaul dan yang lainya. Karna sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain.

Semoga tulisan ku bisa membuat banyak orang tersadar akan adanya dunia luar yang butuh uluran tangan kita dengan ikhlas. 

Selamat Malam! 1 Maret 2015.
#GriyaSchizofren

Esti Nurani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar