*Kisah Esti (Volunteer Griya Schizofren)
Griya Schizofren? Apa sih itu? Menyebutnya aja sudah susah,
pasti isinya orang-orang susah. Awalnya aku menganggapnya begitu, tapi setelah
tau griyanya, Subhanallah, spechless! Kemarin adalah waktu pertama kalinya aku berkunjung kesana.
Sudah di ajak beberapa kali, tapi hatiku belum tergerak. Griya Schizofren merupakan komunitas yang mengabdikan
waktunya di Griya PMI Peduli Solo. Griya PMI Peduli Solo adalah
lembaga yang mengasuh orang-orang dengan gangguan jiwa
atau mental disorder dalam bahasa kedokteran, tanpa biaya dan di rawat dengan sangat baik. Banyak yang di ambil dari jalanan, atau yang di masukkan
keluarganya karena kurang mempu untuk membawa ke rumah sakit jiwa.
Yap, aku tau tentang Griya Schizofren dari Mbak Tria, salah satu
aktivis di UNS yang menjadi founder Griya Schizofren. Pertama kali bertemu di aula Fakultas Hukum, saat itu dia
menjadi MC di salah satu
acara BEM UNS. Aku sangat mengingat waktu itu, karena aku di tunjuk dan di
suruh memberi tanggapan tentang acaranya. Sedikit sebel sih, tapi itu yang
membuatku teringat. Aku semakin mengenalnya saat dia mengisi di acara maganger
Humas HIMAFIS. Dia mengisi dengan tema Public Speaking. Nah dari situ terjalin
kerja sama. Dia mengajak anak-anak fisika untuk ke Griya Schizofren.
Tawaran pertama berkunjung ke griya tak menggugah hatiku, karena
malas, ada kumpul HIMAFIS atau voli. Tapi setelah beberapa kali ajakan aku
abaikan, aku melihat teman-teman ku yang sudah berkunjung menjadi iri. Iri
karena aku yang sudah bergabung lama, tapi belum sempat datang ke griya,
sedangkan mereka yang baru bergabung saja sudah datang ke griya. Oke, kemarin
saya putuskan untuk berkunjung ke griya. Acaranya membuat bros bersama Ibu
Muji. Ibu Muji adalah orang disabilitas. Kemana-mana harus memakai kursi roda.
Saat datang, aku dan temanku di sambut oleh beberapa relawan griya. Mereka
datng lebih awal dari aku. Setelah ku parkirkan motorku, ku datangi teman
relawan lainnya. Di ujung penglihatanku terlihat seorang wanita dengan kerudung
besar sedang berbicara dengan relawan.
"Aku udah mandi loh, tapi keliatan belum mandi ya? Yaudah
aku mau menyuapi Mbah *lupa namanya* "
Aku sedikit berfikir, setelah melihat gelagat temannku, aku tau
dia adalah warga Griya PMI yang sedang di rawat
disini. Aku akui tidak bisa membedakan antara pasien, dan karyawan.
Setelah beberapa menit kita menunggu datang lah Ibu Muji. Salut dengan
semangatnya mau membantu orang dengan gangguan jiwa padahal dia sendiri
disabilitas. Setelah beliau datang, kami masuk ke ruang kegiatan. Disana kami
di ajari membuat bros. Tak lama warga
Griya PMI lainnya datang untuk membuat bross sebagai terapi mengisi waku
senggangnya. Sedikit kaget, mereka tak terlihat sedang mengalami gangguan
jiwa. Banyak dari mereka yang tidak mempunyai rambut. Katanya mereka tidak bisa
merawat rambut, dan banyak kutunya. Maka dari itu mereka di potong cepak. Saat
kami belajar membuat bros, mereka membuat sama seperti kami.
Ada salah satu pasien bernama Hayu, tapi maunya di panggil
Princes Hayu. Princes di luar,
tidak ikut membuat bros. Dia berbincang-bincang dengan teman kami yang
laki-laki. Setelah itu dia menyanyi untuk kami. Suaranya lumayan lah untuk
menghibur kami. Setelah beberapa jam kami membuat, tiba saatnya sholat dhuhur.
Kami pun berhenti dan mengambil wudhu untuk sholat. Aku masuk ke mushola
bersama temanku dan Princes.
"Di mushola adem ya, soalnya banyak malaikat disini. Ada
malaikat Rakib dan Atit *sambil memegang pundak kanan dan pundak kiriku* , trus
di belakang ada malaikat pelindung dan di hati kita ada Allah." Begitu ucapnya.
Mendengar perkataan princes , hatiku teriris. Aku merasa sedih,
hampir ku teteskan air mata. Kami sholat di imam’i oleh Princes. Aku tak tau sholatku sah atau tidak, niatku
untuk beribadah. Saat sholat, hatiku merasa berbeda, mataku sudah berkaca-kaca.
Tak tau kenapa sholat itu terasa syahdu. Rasanya ingin ku teteskan air mata,
tapi aku tak bisa. Sudah lama aku tak mengalami seperti itu. Setelah sholat,
kami pun kembali ke ruang kegiatan. Princes punya buku diary, ku pinjamnya dan
ku baca. Oke, aku sangat salut dengan nya. Di diarynya banyak tulisan bahasa
inggris. Dia menceritakan kerinduannya pada suaminya. Yang membuatku
tercengang, ada arti ayat Al-Quran. Dia bercerita kalau semalam bangun jam 1
lalu membaca Al-Quran lalu menuis artinya di diary. Subhanallah, aku yang katanya sehat, waras tak pernah menulis arti ayat-ayat Allah.
Setelah itu ku putuskan untuk pulang. Kami berpamitan dengan Ibu
Muji dan juga Princes. Tak lupa aku membawa pulang bros yang sudah kami buat,
tetapi dengan sedikit uang. Hari itu aku menjadi sangat mensyukuri nikmat sehat, waras, keluarga, teman, adalah nikmat Allah yang
diberikan kepadaku. Masih banyak orang diluar sana yang membutuhkan ururan
tanganku. Aku mulai sadar, apalah arti IPK, uang banyak, teman gaul dan yang
lainya. Karna sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang
lain.
Semoga tulisan ku bisa membuat banyak orang tersadar akan adanya dunia luar yang butuh uluran tangan kita
dengan ikhlas.
Selamat Malam! 1 Maret 2015.
#GriyaSchizofren
Esti Nurani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar