“Karena terkadang kita lebih mudah
menghitung nikmat yang hilang ketimbang nikmat yang datang. Maka selezat-lezatnya
nikmat adalah nikmat yang disyukuri” - Tria
SEBUAH AWALAN
Sedang heboh di media, dimana banyak
netizen memberi kritik, saran hingga dukungan untuk berita pro kontra terkait
pembukaan posko relawan yang akan menjemput Jokowi pulang ke Solo yang dianggap
bubar jalan. Posko tersebut di buka baru pekan ini. Bagi saya, apa-apa yang
sedang diperjuangkan BEM UNS niatannya baik, mengawal keberjalanan pemerintah,
hanya saja terkadang jalannya yang berbeda-beda salah satunya dengan membuka
posko relawan ini. Karena kalau melulu demonstrasi juga di anggap tidak
konkret, maka ikhtiar mengkonkretkan pengawalan dilakukan, semoga yang
mengemban amanah dikuatkan untuk mencapai tujuan didirikannya posko tersebut. Intinya
“Kita boleh tersesat di jalan, tapi tidak boleh tersesat di Tujuan” Pesan
penulis buku yang berjudul Teman Imaji karya ka Uti.
BERIKUTNYA
Banyak sekali yang menanyakan kepada
saya, sebagai aktivis yang dibesarkan di BEM. BEM itu bisa berkarya apa sih
selain demonstrasi? Maka saya akan menjawabnya dengan karya yang telah saya dan
beberapa teman alami yang merupakan efek menjadi anak BEM. Badan Eksekutif
Mahasiswa adalah organisasi pergerakan di bidang sosial dan politik. Organisasi
intra kampus ini ada di lingkup universitas maupun di fakultas. Hikmah dari
menjadi anak BEM bagi saya adalah memiliki banyak relasi, belajar open mind
yang membuka cakrawala berfikir dan belajar memikirkan negara sedari muda.
Sejujurnya jika dituliskan apa saja keuntungan menjadi anak BEM, rasanya tak
tuntas barang sekertas.
Begitu banyak tuntutan sebagai
mahasiswa, di tuntut pintar, mandiri, bermanfaat hingga bermartabat. Di tuntut
pintar bisa di tempuh dengan belajar akademik dan ikut Himpunan Mahasiswa
Jurusan (sosiologi). Di tuntut mandiri bisa dengan cara ikut kompetisi,
menorehkan prestasi dan ikut seleksi beasiswa disana-sini. Di tuntut bermanfaat
dan bermartabat bisa dengan ikut organisasi, BEM bisa menjadi pilihan untuk
mengupgrade diri. Maka setiap kamu mengambil satu sks, kamu harus
bertanggungjawab dengan 50 menit belajar di kelas, 50 menit menerapkannya di
organisasi dan 50 menit melatih mental di kompetisi. Begitulah didikan Pak
Drajat Tri Kartono kepada saya mahasiswanya. Dengan begitu kamu akan tetap
menjadi aktivis yang berkualitas.
Ketika banyak yang mengatakan bahwa
anak BEM ga ada prestasi, saya dan teman-teman mencoba membuktikannya dengan
karya sebagai bukti nyata. Saya dan Rizqa memang hanya menjadi bawahan menteri,
tapi prestasi tak mengenal posisi. Selama di BEM kami menjuarai dua kejuaraan lomba
debat tingkat nasional. Eka yang menjadi wakil presiden BEM FMIPA juga membersamai
kami dalam setiap kejuaraan. Saya, Alvian, Rizqa, Safira juga maju mewakili
jurusan untuk seleksi mahasiswa berprestasi di fakultas kami masing-masing, dan
kami berhasil masuk tiga besar mawapres
fakultas. Saya, eka, rizqa dan Tyar juga ikut dalam kompetisi ilmiah,
Tyar di bidang arsitektur, kami bertiga di karya tulis ilmiah. Ahh itu kan
tingkat nasional, apa anak BEM bisa menembus prestasi di tingkat internasional?
Kami menjawab bisa! Saya, imaf, dan rizqa baru sebulan yang lalu pulang dari
Jepang untuk mempresentasikan project sosial based riset kami di Universitas
Hokkaido, Ka Siswandi Presiden BEM nya juga lolos kizuna project, dan masih
banyak lagi. Alvian menjajaki tiga negara gratis juga karena prestasinya di
mawapres. Namun membiacarakan kekurangan anak BEM jauh lebih menjual ketimbang
prestasinya, seperti membicarakan kekurangan pemerintah jauh lebih mudah
ketimbang mengingat prestasi dan pencapainnya. Padahal negara ini memiliki
banyak pencapaian salah satunya lewat karya anak BEM di Indonesia.
POSKO KARYA BEM UNS
Sebagai anak BEM tentunya aksi dan
demonstrasi bukanlah suatu alergi. Karena organisasi saya sosial politik, saya
lebih berat pada sosialnya ketimbang politik. Bagi saya, biarkan yang lain
berpolitik, biar saya yang bersosial. Dengan begitu kedua aspek BEM bisa
dipenuhi tanpa harus memaksakan kesukaan dan pilihan seseorang. Saya juga
pernah turun aksi, saya juga pernah orasi, tapi saya lebih menyukai orasi di
panggung-panggung debat dan di masyarakat. Itulah mengapa, didikan orasi di BEM
ketika demonstrasi bisa menjadi bekal ketika saya KKN, ketika saya turun di
masyarakat, mengikuti lomba dan menjadi pembicara. Tak ada pelajaran yang
sia-sia, tak ada jurusan kuliah tanpa lapangan pekerjaan dan tak ada pula
kebaikan tanpa balasan dari Allah SWT. Dan teman-teman yang lain mengisi
panggung-panggung demonstrasi dengan orasi kebanggannya. Keduanya tak merugikan
negara, malah menjadi media pembelajaran tersendiri sebagai mahasiswa. Yang
salah jika anak BEM hanya diidentikan dengan demonstrasi, tapi enggan mengakui
prestasi dan pengabdian diri anak BEM di lain sisi.
“Tak mungkin dalam satu tahun kabinet
berjalan, ada BEM yang sanggup setiap hari aksi.Mereka lebih banyak
menghabiskan diri untuk bersosial, berjejaring, berprestasi dan sesekali aksi
demonstrasi.” –Tria
TAK PERNAH MEYESAL
Jadi apapun pemberitaan BEM sekarang,
saya dan teman-teman tak pernah menyesal pernah berada didalamnya. Wartawan
tetap objektif, ketika kami berhasil menoreh karya, kami tetap dianggap juara.
Dengan cara berkarya, kita bisa menunjukan taring organisasi, apalagi di
forum-forum intelektual. Lantas untuk apa disesali, karena usaha yang besar
senantiasa hadir dengan pencapaian yang tak bisa dibayar. Selamat berkarya BEM
dimanapun di jagat raya ini, karena tak ada kisah kebaikan mengkhianati
pemiliknya.
ALLAH MAHA BERLEBIHAN
Dan Allah senantiasa menjadi teman.
Allah maha berlebihan. Apa-apa yang saya impikan, senantiasa diberi berlebih. Saya
dulu hanya bermimpi bisa melihat tulisan saya masuk koran, tapi pekan ini sudah
empat pemberitaan saya di berbagai koran dan kesemuanya selalu mencantumkan
saya sebagai anak BEM. Ternyata sekalipun kamu tidak di BEM, BEM tetap melekat
diplakat kehidupan. Allah mengabulkan impian melebihi apa yang dibayangkan. Ketika
dulu bermimpi bisa masuk televisi, kini empat liputan saya sudah diterima
produser NET TV untuk ditayangkan. Ketika saya bermimpi untuk menjadi penulis
koran, Allah menjadikan saya penulis di tiga buku yang diterbitkan bahkan
menjadi sosok untuk Joglosemar dan Rising star bagi Solopos. Sungguh, Allah
maha pandai membuat hamlah doa banya bermimpi lebih tinggi dan melangkah lebih
jauh. Selamat bermimpi sayang, karena mimpi adalah doa yang digenggam dalam
sujud-sujud sepertiga malam.
“Karena bagi saya yang terpenting bukan
lagi nama organisasinya, tapi organisasi yang mampu mebuat namanya bersejarah
melalui didikannya” -Tria